Apa itu syndrom Tourette? Billie Eilish, Lewis Capaldi, dan Tora Sudiro adalah beberapa nama populer yang mengidap syndrom ini.
Syndrom Tourette Adalah …
Dilansir dari pedoman Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke-5 (DSM-5), syndrom Tourette atau Gilles de la Torette Syndrome merupakan suatu gangguan neurologis yang mulai terlihat pada masa kanak-kanak hingga remaja.
Gejala utama adalah gerakan involunter atau juga disebut tic pada wajah, lengan, atau tubuh, yang terjadi secara berulang, cepat, dan sering. Umumnya tic paling awal terdapat pada wajah. Selain tic motorik, terdapat juga tic vokal berupa berteriak, bergumam, atau mengeluarkan suara atau kata secara acak.
Tics juga dapat dikelompokkan menjadi tic sederhana dan kompleks. Perbedaannya adalah tic kompleks merupakan gerakan motorik yang lebih terkoordinasi dan melibatkan beberapa kelompok otot, lebih daripada tic sederhana.
Kriteria diagnosis syndrom Tourette berdasarkan DSM-5 adalah:
- Memiliki kedua ini: multipel tic motorik dan tic vokal
- Telah memiliki tics selama setidaknya 1 tahun, dapat terjadi beberapa kali dalam sehari, hampir setiap hari, atau on and off
- Gejala tic dimulai sebelum berusia 18 tahun
- Gejala tic bukan disebabkan karena tidak konsumsi obat atau penyakit lainnya (kejang, penyakit Huntington, dsb)
Perlu diingat dan diperhatikan bahwa tics pada penderita syndrom ini bersifat involunter atau tidak dapat dikontrol, bahkan pada pikiran pengidap syndrom ini akan ‘memerintahkan’ tubuh untuk melakukan sesuatu.
Misalnya pada tic motorik menghentakkan kaki, di dalam pikiran pengidapnya akan ada dorongan atau perintah sevara berulang dan terus-terusan yang tidak akan hilang kecuali perintah tersebut dilakukan. Hal ini akan terus terjadi berulang kali dan tidak akan berhenti tanpa diatasi.
Penyebab dan Hal yang Dapat Memperberat Syndrom Tourette Adalah
Dilansir dari Mayo Clinic, penyebab dari syndrom ini belum diketahui secara pasti. Penyakit ini termasuk kompleks dengan gabungan dari beberapa faktor penyebab, yaitu genetik dan lingkungan.
Faktor genetik diperkirakan memiliki pengaruh, dengan riwayat keluarga dengan Attention-Deficit Disorder (ADD), Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dan atau syndrom Tourette akan meningkatkan kemungkinan seseorang mengidapnya juga.
Selain itu, menurut data epidemiologi, lebih banyak pengidapnya berjenis kelamin laki-laki dibanding perempuan. Menurut penelitian, seorang laki-laki memiliki risiko sebesar 3 hingga 4 kali lipat terkena syndrom Tourette dibandingkan perempuan.
Pada syndrom ini terdapat gangguan atau ketidak seimbangan pada komponen neurotransmitter di otak, khususnya dopamin dan serotonin. Ketidak seimbangan ini lah yang menimbulkan munculnya gejala tics pada penderita.
Selain penyebab, juga terdapat beberapa hal yang bisa memperparah atau memperberat gejala tics dari syndrom ini, misalnya saat kelelahan, cemas, stres, atau terlalu bersemangat.
Syndrom ini juga dapat berkaitan atau terjadi bersamaan dengan gangguan lain seperti:
- Attention-Deficit Disorder (ADD)
- Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
- Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
- Autism Spectrum Disorder (ASD)
- Gangguan kecemasan
- Depresi
- Gangguan tidur
Cara Mengatasi Syndrom Tourette
Pada sebagian kasus syndrom Tourette yang ringan pada anak, gejala tic yang telah muncul dapat menghilang sendiri seiring dengan bertambahnya usia. Namun pada sebagian kasus yang lebih berat, gejala tersebut akan bertahan hingga dewasa bahkan sampai seumur hidup jika tidak diobati.
Terdapat berbagai cara untuk mengatasi syndrom ini, mulai dari yang konservatif hingga invasif. Tentu saja pilihan pengobatan sangat bergantung dari penilaian klinis dokter serta keputusan pasien.
Beberapa pilihan pengobatan atau cara untuk mengatasi syndrom Tourette adalah:
- Obat-obatan: Obat untuk menurunkan neurotransmitter dopamin, anti kejang, atau anti depresan sesuai dengan resep dan anjuran dokter!
- Suntikan botulinum toxin (Botox): Efek relaksasi otot dari botulinum toxin dapat membantu mengurangi tics motorik
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT): Melatih perilaku dan kebiasaan untuk mengendalikan dorongan
- Psikoterapi: Terapi ini bermanfaat untuk membantu mengurangi gejala Syndrom Tourette dan kondisi-kondisi lain yang terjadi bersamaan
- Deep Brain Stimulation (DBS): Terapi invasif berupa operasi dan penanaman alat medis dalam otak, umumnya dianjurkan untuk gejala berat
Apakah Penderita Syndrom Tourette Bisa Hidup dengan Produktif?
Dengan ilmu pengetahuan dan pengobatan yang berkembang pesat, penderita syndrom ini dapat hidup produktif, sehat, dan aktif seperti layaknya orang normal tanpa gangguan ini.
Stigma masyarakat yang negatif mengenai gangguan ini semakin berkurang, apalagi dengan terbuktinya kesuksesan dari beberapa nama-nama populer yang ternyata mengidap syndrom ini.
Contohnya seperti David Beckham, Billie Eilish, Lewis Capaldi, Seth Rogen, dan Tora Sudiro. Kamu bisa membaca mengenai cerita hidup, kesulitan, dan tantangan yang dihadapi dengan gangguan ini serta bagaimana cara hingga mereka hidup dengan syndrom Tourette dan tetap sukses.
Penderita gangguan ini tentunya membutuhkan support system, yaitu keluarga, kerabat, dan teman untuk senantiasa mendukung dalam situasi apapun karena mengidap gangguan ini tidaklah mudah dan terkadang bisa menyebabkan keadaan emosional yang tidak stabil.
Tetapi dengan bantuan pengobatan serta dukungan yang memotivasi, maka kamu tidak perlu kuatir ataupun takut.
Demikianlah Apa Itu Syndrom Tourette? Penyebab & Cara Mengatasinya Adalah. Semoga bermanfaat!